Verba volant scripta manent

Kata-kata biasanya tidak berbekas sedangkan apa yang ditulis tetap ada.

Ut sementem feceris ita metes

Siapa yang menanam sesuatu dialah yang akan memetik hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah yang akan menuai badai.

Adi et alteram partem atau audiatur et altera pars

Bahwa para pihak harus didengar.

Bis de eadem re ne sit acto atau Ne bis in idem

Mengenai perkara yang sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang keduakalinya.

Erare humanum est, turpe in errore perseverare

Membuat kekeliruan itu manusiawi, namun tidaklah baik untuk mempertahankan terus kekeliruan.

Tampilkan postingan dengan label ilmu sosial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu sosial. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 November 2014

Jenis-jenis Pengendalian Sosial

Jenis-jenis Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial di dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. Pengendalian Sosial Eksternal
Pengendalian sosial secara eksternal adalah pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengawasi jalannya pemerintahan di suatu daerah atau di dalam pemerintahan negara. Pengendalian sosial jenis ini bertujuan agar para wakil rakyat yang duduk di dalam pemerintahan itu mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ketetapan undang-undang yang berlaku.

Biasanya pengendalian sosial yang dilakukan masyarakat menyangkut berjalannya sistem pemerintahan ini dilakukan dengan cara mengawasi jalannya pemerintahan melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di pemerintahan, melalui Lembaga Swadaya Masyarakat atau dengan melakukan unjuk rasa jika ternyata di dalam praktiknya banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan di dalam sistem pemerintahan.
2. Pengendalian Sosial Internal
Pengendalian sosial secara internal biasanya dilakukan oleh para penguasa atau oleh orang-orang yang berada di dalam pemerintahan untuk mengawasi dan mengontrol jalannya pemerintahan agar sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku di dalam suatu negara atau daerah tertentu.
Pengendalian sosial ini bertujuan untuk mengawasi perilaku-perilaku yang menyimpang di dalam masyarakat dan melakukan tindakan pencegahan atau penanggulangan terhadap penyimpangan tersebut.
3. Pengendalian Sosial Berupa Tindakan Persuasif
Pengendalian sosial yang berupa tindakan persuasif adalah pengendalian sosial berupa tindakan-tindakan pencegahan terjadinya penyimpangan sosial di dalam masyarakat dengan cara melakukan pendekatan tanpa mengandung unsur pemaksaan.
Pengendalian sosial jenis ini bisa berupa pendekatan secara personal yang dilakukan oleh guru dalam menangani siswanya yang memiliki perilaku menyimpang seperti suka menyontek, suka berkelahi atau perilaku penyimpangan lainnya yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada di dalam sekolah.
4. Pengendalian Sosial Berupa Tindakan Koersif
Pengendalian sosial yang berupa tindakan koersif adalah pengendalian sosial dengan cara paksaan berikut ada sanksi atau hukuman yang dilakukan bagi para pelaku penyimpangan sosial atau para pelaku tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat untuk memberikan efek jera agar si pelaku tidak mengulangi perilakunya tersebut. Misalnya saja adalah sanksi hukum bagi para pencuri.
Penerapan Pengendalian Sosial di Dalam Masyarakat
Melihat pentingnya pengendalian sosial di dalam masyarakat maka penerapan pengendalian sosial sangat penting untuk dilakukan agar dapat menciptakan masyarakat yang tenteram, aman dan terkendali. Banyaknya perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para pelaku penyimpangan sosial juga merupakan penentu utama pentingnya pengendalian sosial dilakukan secara efektif dan konsisten di dalam masyarakat yang terdiri dari manusia dengan berbagai macam perilaku dan karakter.
Ada banyak cara untuk menerapkan pengendalian sosial dalam mengatasi berbagai penyimpangan yang terjadi di dalam masyarakat. Cara yang paling sering dilakukan di dalam masyarakat adalah penerapan aturan dan norma-norma yang sesuai dengan adat istiadat setempat.
Biasanya pengendalian sosial yang menyangkut peraturan adat ini tidak berupa peraturan yang tertulis namun peraturan yang dilisankan dari mulut ke mulut. Dan penerapan peraturan adat yang merupakan salah satu cara pengendalian sosial ini adalah dengan cemooh, pengucilan dan isolasi dari lingkungan masyarakat terhadap para pelaku penyimpangan sosial.
Contohnya adalah cemooh yang diberikan kepada masyarakat dengan perilaku menyimpang, menyimpang dari peraturan tata krama tidak tertulis di masyarakat. Cemooh tersebut bisa dikategorikan sebagai sebuah upaya pengendalian sosial oleh masyarakat lainnya. Harapannya adalah agar orang tersebut mengubah sikapnya dan mulai bermasyarakat dengan baik.
Penerapan pengendalian sosial dalam bentuk lain adalah dengan pemberian teguran jika perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pelaku penyimpangan tersebut masih dalam batas toleransi norma masyarakat yang ada. Teguran tersebut dapat berupa kritikan terbuka baik secara tertulis maupun secara lisan kepada pelaku penyimpangan atau dapat pula dilakukan dengan teguran setengah paksaan.
Contohnya di dalam masyarakat adalah teguran terhadap para pemabuk atau preman yang sering melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain. JIka teguran tidak memberikan efek perubahan sama sekali terhadap pelaku penyimpangan, maka penerapan pengendalian sosial berikutnya adalah dengan sanksi atau hukuman yang dapat memberikan efek jera agar pelaku penyimpangan tidak mengulangi perbuatan.

Sanksi atau hukuman sebagai salah satu bentuk penerapan pengendalian sosial di dalam masyarakat hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memang memegang hak dan kewajiban dalam menegakkan peraturan di dalam masyarakat tersebut. Orang-orang yang memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan tindakan pengendalian sosial ini misalnya pihak yang berwajib seperti polisi, aparat keamanan setempat, pihak pengadilan atau ketua adat.

terima kasih,,,semoga bermanfaat

Pengertian pengendalian sosial


Definisi Pengendalian Sosial
Di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, ada berbagai tipe manusia yang hidup di dalamnya, saling berhubungan, bersosialisasi dan bekerja sama. Adanya bentukpengendalian sosial merupakan sebuah aturan yang taktertulis yang nantinya akan berdampak baik bagi kehidupan sosial itu sendiri.

Kehidupan manusia yang memiliki karakter yang berbeda-beda dan perilaku yang berbeda-beda pula itu hanya akan terjalin dengan baik dan harmonis jika ada norma-norma yang akan menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 
Sudah Tidak dapat dipungkiri lagi, dengan berbagai macam karakter dan perilaku manusia yang berbeda-beda di dalam masyarakat, akan dapat menciptakan berbagai perilaku menyimpang yang dapat menyebabkan timbulnya keresahan di dalam masyarakat. Untuk itulah diperlukan pengendalian sosial agar kehidupan masyarakat baik dalam lingkungan sosialnya maupun dalam kehidupan bernegara dapat berjalan teratur dan tercipta keamanan, keselarasan dan keharmonisan.Pengendalian sosial itulah yang dimaksudkan dengan norma.
Norma-norma itulah yang akhirnya menjadi suatu pegangan pengendalian sosial. Norma-norma tersebut akan mengatur perilaku manusia agar dapat diterima di dalam masyarakat dan lingkungan sosialnya.

Pengertian Pengendalian Sosial
Ada banyak pengertian pengendalian sosial. Pengendalian sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu tatanan atau proses, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang dilakukan oleh anggota masyarakat untuk mengendalikan berbagai individu dan kelompok yang ada di lingkungannya agar dapat memiliki perilaku yang sesuai dan selaras dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Menurut Berger, 1978, pengendalian sosial juga dapat diartikan sebagai suatu aturan yang diterapkan oleh masyarakat untuk mengatur anggota-anggotanya. Pengendalian sosial juga berarti sebagai suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang atau masyarakat. Proses itu akan membuat seluruh orang yang menjadi anggota masyarakat tersebut dapat berperilaku dan bertindak sesuai dengan aturan yang ada di dalam masyarakat.

Adanya beberapa pengertian pengendalian sosial di atas, telah jelas bagi kita bahwa pengendalian sosial itu sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan pengendalian sosial maka akan tercipta suatu masyarakat dan individu yang memiliki perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat sehingga kehidupan bermasyarakat tersebut berlangsung secara harmonis dan selaras.

Pengendalian sosial akan mampu mengendalikan berbagai keadaan yang dapat meresahkan kehidupan masyarakat yang berada di dalam suatu wilayah atau lingkungan tertentu. Pengendalian sosial juga sangat berguna untuk mengatur berbagai kepentingan agar tidak mengganggu kepentingan lainnya di dalam masyarakat termasuk di dalamnya adalah kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi setiap individu di dalam masyarakat tersebut.

itulah pengertian pengendalian sosial ,semoga dapat bermanfaat buat  anda, terima kasih...............

Kamis, 20 November 2014

dampak mobilitas sosial

lanjutan
Dampak Sosialisasi yang Kuat
Proses yang terjadi di lingkungan masyarakat ketika seorang anak melakukan kegiatan belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat disebut juga dengan sosialisasi. Bila proses dalam sosialisasi ini dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan, persepsi, pola-pola perilaku, serta cara pandang akan tertanam sangat kuat dan akan sulit terpengaruh dengan berbagai unsur yang ada pada kelas sosial lainnya

Dampak Mobilitas
Melakukan gerak sosial di lingkungan masyarakat juga akan menimbulkan berbagai pengaruh atau dampak. Dampak yang terjadi tersebut ada yang positif namun juga ada yang negative.
1. Dampak Positif
Dampak positifnya yaitu membuat orang lebih terpacu ke arah yang lebih maju. Dengan begitu, peluang untuk pindah ke strata yang lain lebih besar sehingga motivasi dalam diri setiap orang akan lebih tinggi demi memeroleh status sosial yang lebih baik dibandingkan yang sebelumnya.
Membuat proses perubahan sosial menjadi lebih cepat. Perubahan ini pastinya menuju arah yang positif. Dengan gerak sosial maka perubahan tersebut akan lebih mudah didapatkan dengan waktu yang relatif cepat. Misalnya masyarakat Indonesia yang tertarik ke industry sehingga banyak yang pindah dari bisnis agraris ke bisnis industry. Namun perubahan akan berjalan denga lancar apabila kualitas dalam hal sumber daya juga mendukung kegiatan industry tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tersebut dengan memperbaiki terlebih dahulu masalah yang berkaitan dengan kualitas pendidikan.
Terjadinya peningkatan dalam integrasi sosial karena adanya gerak sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat sehingga integrasi sosial pun meningkat. Contohnya ketika ada seseorang yang menginginkan untuk penyesuaian diri dengan norma-norma, gaya hidup dan nilai-nilai yang dipakai oleh kelompok sosial yang lain dengan status sosial baru dan menciptakan integrasi sosial yang lebih baik lagi.
2. Dampak Negative
Dampak negative yang timbul karena gerak sosial yang terjadi ini adalah timbulnya berbagai konflik. Konflik ini dibagi dalam 3 bagian, yaitu konflik yang terjadi antarkelas, konflik antar kelompok sosial dan konflik antargenerasi.
Selain itu juga dapat mengakibatkan solidaritas berkurang pada kelompok sosial karena penyesuaian diri yang terjadi dari mulai norma-norma dan nilai-nilai yang terdapat dalam kelas sosial yang terbentuk baru sebagai langkah baru yang dipakai oleh individu mau pun kelompok yang melakukan gerak sosial, baik secara horizontal maupu secara vertical.
Namun ini dilakukan dengan tujuan kelas sosial yang baru dapat menerima serta mempunyai kemampuan untuk menjalankan segala fungsi yang ada di dalamnya.

Semoga dengan adanya artikel mobilitas sosial ini membuat Anda lebih paham lagi. Bukan hanya secara teori namun juga dalam praktik di lingkungan masyarakat.

terima kasih

mobilitas sosial


Mobilitas Sosial
Dalam kehidupan masyarakat ada istilah mobilitas sosial atau gerak sosial. Sebelum membahas lebih jauh mengenai mobilitas, akan lebih baik mengetahui definisinya terlebih dahulu.
Mobilitas berasal dari kata dari mobilis. Mobilis memiliki makna mudah melakukan gerak atau mudah untuk melakukan pemindahan. Gerak sosial ini merupakan gerakan yang tersusun dalam struktur sosial. Jadi dalam struktur tersebut terdapat pola-pola yang mempunyai fungsi untuk mengatur atau mengendalikan organisasi dari setiap kelompok sosial yang ada. Sifat-sifat yang ada berhubungan baik dengan individu maupun kelompok sosial merupakan salah satu isi dari struktur sosial.
Mobilitas sendiri mempunyai 3 hal pokok, di antaranya dua sebagai berikut:
1.       Manusia mempunyai peran baik sebagai individu maupun kelompok dalam struktur sosial.
2.       Terjadinya berbagai macam perubahan dalam hal yang menyangkut kelas sosial baik yang ke arah atas mau pun yang ke arah bawah.
Kesimpulannya yaitu gerak sosial merupakan proses perpindahan maupun perubahan yang terjadi dalam kelas sosial, baik yang ke atas maupun yang ke bawah, yang dialami secara kelompok maupun individu, sehingga membuat suatu dampak baru yaitu kelas baru yang diperoleh untuk kelompok maupun individu yang ada.

Jenis-jenis Mobilitas
Bila dilihat berdasarkan gerak sosial yang ada di lingkungan masyarakat, gerak sosial dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
1. Mobilitas Sosial Berdasarkan Tipe
Yang termasuk dalam gerak sosial berdasarkan tipe adalah:
a. Mobilitas Vertical
Perpindahan yang ada dari individu mau pun objek yang berasal dari atau kedudukan sosial yang pindah ke kedudukan sosial lainnya mempunyai derajat yang berbeda. Simpulannya yaitu perubahan yang gerak sosial terjadi menuju ke arah vertical, baik dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah.
b. Mobilitas Sosial Horizontal
Perpindahan maupun peralihan atas kelompok maupun individu yang berasal dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial yang lainnya mempunyai derajat yang sama.
c. Mobilitas Sosial Lateral
Gerak sosial ini mempunyai sebutan lain yaitu mobilitas geografis. Gerak sosial lateral ini lebih berhubungan dengan gerak perpindahan manusia baik secara kelompok sosial mau pun secara individu, berasal dari unit-unti ruang atau wilayah lain yang menimbulkan perubahan tidak langsung dari status sosial yang dimiliki oleh seseorang.
d. Mobilitas Structural
Gerak sosial yang satu ini menurut Bassis merupakan gerak sosial yang terjadi karena adanya inovasi dalam hal teknologi, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, peperangan serta berbagi hal yang lainnya yang dapat mengubah jenis mau pun struktur kelompok yang ada di lingkungan masyarakat.
2. Mobilitas Berdasarkan Ruang Lingkup
Mobilitas berdasarkan ruang lingkup dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Mobilitas Intragenerasi
Gerak sosial intagenerasi merupakan gerak sosial yang pernah dialami oleh seseorang pada saat perjalanan hidupnya (selama satu generasi) maupun yang berdasarkan dengan riwayat hidup orang tersebut.
b. Mobilitas Antargenerasi
Gerak sosial ini merupakan gerak sosial yang terjadi pada dua generasi maupun lebih. Gerak sosial yang terjadi kali ini akibat perubahan dari segi status sosial pada anak serta ayah atau dengan cucu dan masih banyak yang lainnya. Gerak sosial antargenerasi lebih menekankan kepada hal perbedaan status yang ada pada individu yang sudah mempunyai keluarga, bila dibandingkan dengan status sosial yang ada pada orang tua.
Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas Sosial
Lalu beberapa macam faktor pendorong dalam proses gerak sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, antara lain:
•             Status sosial. Semua manusia yang ada di dunia ini bila dilihat secara hierarki pasti mempunyai hak untuk memilih maupun mengubah status sosial yang telah mereka dapatkan mulai dari lahir. Akan tetapi masalah status sosial sangat berkaitan dengan sistem stratifikasi sosial yang ada pada lingkungan masyarakat. Bila dilihat dari pelapisan terbuka, individu mempunyai peluang yang paling besar dalam melakukan gerak sosial antarkelas.
1.       Keadaan ekonomi. Gerak sosial ini terjadi karena sikap seseorang yang tidak ingin menerima atas keadaan ekonomi yang sekarang tengah terjadi dalam kehidupannya. Berbagai cara maupun upaya untuk mendapatkan atau memperoleh kondisi ekonomi menuju yang lebih baik dari yang sebelumnya membuat pandangan ke arah kelas yang tinggi sehingga gerak sosial tidak bisa dihindari lagi.
2.       Situasi politik. Pada lingkungan masyarakat ada situasi politik yang terjadi karena adanya pengaruh dari berbagai aspek sehingga perubahan yang ada pada kebijaksaan politik ini membuat kemungkinan besar untuk melakukan gerak sosial baik secara horizontal maupun secara vertical.
3.       Pertumbuhan penduduk. Pengembangan maupuh penyediaan kebutuhan merupakan beban yang ada dalam pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Tidak heran bila tingkat kesejahterahan semakin menurun serta kemiskinan yang terjadi mengakibatkan adanya gerak sosial lateral dan gerak sosial horizontal. Hal ini terjadi saat penduduk melakukan gerak sosial ke tempat yang mendatangkan banyak keuntungan bagi mereka.
Lalu ada juga faktor-faktor yang membuat gerak sosial mengalami kesulitan antara lain:
a.       Perbedaan agama dan ras. Perbedaan memang mendatangkan diskriminasi dalam ras. Ini merupakan masalah atau konflik yang paling banyak terjadi di berbagai negara, baik yang terjadi secara terselubung maupun secara terbuka. Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa dengan adanya pembedaan seperti ini sangat menghambat proses gerak sosial masyarakat. Hal ini disebabkan berbagai akses kelompok yang ada di masyarakat seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya sangat dibatasi. Bukan hanya itu, gerak sosial juga dapat terhambat jika ada suatu masyarakat yang mempunyai pikiran sempit berkaitan dengan kepercayaan atau agama yang dianut.

b.      Diskriminasi kelas. Ternyata gerak sosial juga dapat terganggu dengan adanya pembeda berdasarkan kelas sosial dari cara perlakuan yang diterima.


page 1

Mobilitas Sosial


Mobilitas Sosial
Dalam kehidupan masyarakat ada istilah mobilitas sosial atau gerak sosial. Sebelum membahas lebih jauh mengenai mobilitas, akan lebih baik mengetahui definisinya terlebih dahulu.
Mobilitas berasal dari kata dari mobilis. Mobilis memiliki makna mudah melakukan gerak atau mudah untuk melakukan pemindahan. Gerak sosial ini merupakan gerakan yang tersusun dalam struktur sosial. Jadi dalam struktur tersebut terdapat pola-pola yang mempunyai fungsi untuk mengatur atau mengendalikan organisasi dari setiap kelompok sosial yang ada. Sifat-sifat yang ada berhubungan baik dengan individu maupun kelompok sosial merupakan salah satu isi dari struktur sosial.
Mobilitas sendiri mempunyai 3 hal pokok, di antaranya dua sebagai berikut:
1.       Manusia mempunyai peran baik sebagai individu maupun kelompok dalam struktur sosial.
2.       Terjadinya berbagai macam perubahan dalam hal yang menyangkut kelas sosial baik yang ke arah atas mau pun yang ke arah bawah.
Kesimpulannya yaitu gerak sosial merupakan proses perpindahan maupun perubahan yang terjadi dalam kelas sosial, baik yang ke atas maupun yang ke bawah, yang dialami secara kelompok maupun individu, sehingga membuat suatu dampak baru yaitu kelas baru yang diperoleh untuk kelompok maupun individu yang ada.
Jenis-jenis Mobilitas
Bila dilihat berdasarkan gerak sosial yang ada di lingkungan masyarakat, gerak sosial dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
1. Mobilitas Sosial Berdasarkan Tipe
Yang termasuk dalam gerak sosial berdasarkan tipe adalah:
a. Mobilitas Vertical
Perpindahan yang ada dari individu mau pun objek yang berasal dari atau kedudukan sosial yang pindah ke kedudukan sosial lainnya mempunyai derajat yang berbeda. Simpulannya yaitu perubahan yang gerak sosial terjadi menuju ke arah vertical, baik dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah.
b. Mobilitas Sosial Horizontal
Perpindahan maupun peralihan atas kelompok maupun individu yang berasal dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial yang lainnya mempunyai derajat yang sama.
c. Mobilitas Sosial Lateral
Gerak sosial ini mempunyai sebutan lain yaitu mobilitas geografis. Gerak sosial lateral ini lebih berhubungan dengan gerak perpindahan manusia baik secara kelompok sosial mau pun secara individu, berasal dari unit-unti ruang atau wilayah lain yang menimbulkan perubahan tidak langsung dari status sosial yang dimiliki oleh seseorang.
d. Mobilitas Structural
Gerak sosial yang satu ini menurut Bassis merupakan gerak sosial yang terjadi karena adanya inovasi dalam hal teknologi, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, peperangan serta berbagi hal yang lainnya yang dapat mengubah jenis mau pun struktur kelompok yang ada di lingkungan masyarakat.
2. Mobilitas Berdasarkan Ruang Lingkup
Mobilitas berdasarkan ruang lingkup dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Mobilitas Intragenerasi
Gerak sosial intagenerasi merupakan gerak sosial yang pernah dialami oleh seseorang pada saat perjalanan hidupnya (selama satu generasi) maupun yang berdasarkan dengan riwayat hidup orang tersebut.
b. Mobilitas Antargenerasi
Gerak sosial ini merupakan gerak sosial yang terjadi pada dua generasi maupun lebih. Gerak sosial yang terjadi kali ini akibat perubahan dari segi status sosial pada anak serta ayah atau dengan cucu dan masih banyak yang lainnya. Gerak sosial antargenerasi lebih menekankan kepada hal perbedaan status yang ada pada individu yang sudah mempunyai keluarga, bila dibandingkan dengan status sosial yang ada pada orang tua.
Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas Sosial
Lalu beberapa macam faktor pendorong dalam proses gerak sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, antara lain:
•             Status sosial. Semua manusia yang ada di dunia ini bila dilihat secara hierarki pasti mempunyai hak untuk memilih maupun mengubah status sosial yang telah mereka dapatkan mulai dari lahir. Akan tetapi masalah status sosial sangat berkaitan dengan sistem stratifikasi sosial yang ada pada lingkungan masyarakat. Bila dilihat dari pelapisan terbuka, individu mempunyai peluang yang paling besar dalam melakukan gerak sosial antarkelas.
1.       Keadaan ekonomi. Gerak sosial ini terjadi karena sikap seseorang yang tidak ingin menerima atas keadaan ekonomi yang sekarang tengah terjadi dalam kehidupannya. Berbagai cara maupun upaya untuk mendapatkan atau memperoleh kondisi ekonomi menuju yang lebih baik dari yang sebelumnya membuat pandangan ke arah kelas yang tinggi sehingga gerak sosial tidak bisa dihindari lagi.
2.       Situasi politik. Pada lingkungan masyarakat ada situasi politik yang terjadi karena adanya pengaruh dari berbagai aspek sehingga perubahan yang ada pada kebijaksaan politik ini membuat kemungkinan besar untuk melakukan gerak sosial baik secara horizontal maupun secara vertical.
3.       Pertumbuhan penduduk. Pengembangan maupuh penyediaan kebutuhan merupakan beban yang ada dalam pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Tidak heran bila tingkat kesejahterahan semakin menurun serta kemiskinan yang terjadi mengakibatkan adanya gerak sosial lateral dan gerak sosial horizontal. Hal ini terjadi saat penduduk melakukan gerak sosial ke tempat yang mendatangkan banyak keuntungan bagi mereka.
Lalu ada juga faktor-faktor yang membuat gerak sosial mengalami kesulitan antara lain:
a.       Perbedaan agama dan ras. Perbedaan memang mendatangkan diskriminasi dalam ras. Ini merupakan masalah atau konflik yang paling banyak terjadi di berbagai negara, baik yang terjadi secara terselubung maupun secara terbuka. Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa dengan adanya pembedaan seperti ini sangat menghambat proses gerak sosial masyarakat. Hal ini disebabkan berbagai akses kelompok yang ada di masyarakat seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya sangat dibatasi. Bukan hanya itu, gerak sosial juga dapat terhambat jika ada suatu masyarakat yang mempunyai pikiran sempit berkaitan dengan kepercayaan atau agama yang dianut.

b.      Diskriminasi kelas. Ternyata gerak sosial juga dapat terganggu dengan adanya pembeda berdasarkan kelas sosial dari cara perlakuan yang diterima.

page 1

penyelesaian masalah sosial

lanjutan,...
Penyelesaian Masalah Sosial
Keberadaan masalah sosial di tengah kehidupan masyarakat dapat diketahui dengan melakukan beberapa proses dan tahapan analitis. Tahapan analitis ini dilakukan dengan melakukan diagnosis. Adapun proses pendiagnosisan masalah sosial ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yakni person blame approach dan system blame approach.
Person blame approach adalah pendekatan untuk memahami masalah sosial yang berada pada level individu. Artinya, yang menjadi unit analisis utamanya adalah si individu itu. Dari proses analisis ini dapat diketahui penyebab terjadinya masalah sosial pada level individu. Biasanya, penyebab masalah sosial di level ini berupa kondisi fisik maupun psikis dari tiap-tiap individu.
Sementara itu, pendekatan kedua, yakni system blame approach, merupakan sebuah pendekatan yang menjadikan sebuah sistem yang digunakan dalam masyarakat sebagai unit analisis utamanya. Dari dua pendekatan tadi dapat disimpulkan bahwa masalah sosial ini bisa muncul karena adanya “kesalahan” individu dan “kesalahan” sistem dalam sebuah masyarakat.
Upaya Pemecahan Masalah Sosial
Masalah sosial sebagai sebuah kondisi atau keadaan suatu masyarakat yang dapat mengganggu perwujudan kesejahteraan sosial tentu membutuhkan suatu penanganan , perbaikan, dan perubahan. Nah upaya penanganan masalah sosial ini harus dilakukan dengan melibatkan pemerintah dan masyarakat itu sendiri agar hasilnya maksimal.
Upaya pemecahan masalah sosial ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, negara membuat suatu kebijakan sosial yang benar-benar akurat yang didasarkan pada data dan informasi terkini. Kedua, masalah sosial ini dapat dipecahkan dengan melakukan tindakan bersama oleh masyarakat sehingga tercipta sebuah kondisi masyarakat yang lebih ideal.
Sebagaimana teori yang diungkapkan oleh Kotler, bahwa manusia dapat dengan mudah melakukan perbaikan terhadap kondisi kehidupan sosialnya asalkan mau dan mampu mengorganisir segala tindakan secara kolektif.
Kemiskinan Menjadi Masalah Global
Salah satu masalah sosial yang paling pelik adalah kemiskinan/poverty. Kemiskinan dan kebodohan menjadi batu sandung program pembangunan bangsa.  Berawal dari keterpurukan ekonomi sebagian masyarakat, secara langsung ada keterkaitan dengan berbagai masalah sosial lainnya.  Seperti kejahatan, portitusi, penjualan anak dan lain sebagainya.
 Kemiskinan bukan lagi masalah daerah, melainkan sudah menjadi problem dunia.  Oleh karena itu PBB giat merancang program pengentasan kemiskinan global.  Program ini dimasukan dalam  salah satu butir agenda program  MDG’s  kepanjangan dari Millenium Development Goals yang artinya tujuan pembangunan millenium. MDGs merupakan program jangka panjang minimal pada tahun 2015 masalah-masalah sosial diberbagai negara ketiga. 
Serangkaian Aaksi Pengentasan Kemiskinan Global
Masalah kemiskinan memang menjadi pekerjaan rumah pemerintah, termasuk Indonesia, yang tingkat kemiskinan hampir setengahnya dari total jumlah penduduknya. Guna menaikan taraf hidup masyarakat miskin di Indonesia, ada serangkaian program yang ditawarkan oleh pemerintah dibantu dengan lembaga swadaya masyarakat. Berikut ini merupakan program pengentasan kemiskinan.
1.      Bantuan kesehatan
Mahalnya biaya pengobatan merupakan salah satu kendala bagi masyarakat kurang  mampu. Pemerintah menganggarkan ABPN untuk alokasi kesehatan bagi masyarkat miskin, jadi mereka bisa berobat gratis ke rumah sakit negeri maupun puskesmas. Jadi caranya masyarakat kurang mampu didata satu persatu, kemudian diberi kartu tanda pengobatan gratis rawat inap maupun rawat jalan pada rumah sakit negeri yang ditunjuk. Diselenggarakan program pengobatan gratis berarti ikut meringankan beban masyarakat miskin. 
2.      Bantuan Pangan
Bantuan pangan bagi masyarakat miskin desa maupun kota adalah bagian dari aksi membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan tak mampu. Caranya adalah pemerintah memberikan subsidi beras murah, selain itu juga sembilan bahan pokok lainnya. Yang menyelenggarakan pemberian bantuan beras murah adalah Bulog yang disalurkan melalui desa-desa maupun kelurahan.  
3.      Pelatihan ketrampilan.
Selain memberikan bantuan pangan maupun kesehatan, program yang tak kalah pentingnya adalah pelatihan life skill kepada masyarakat kurang mampu. Diharapkan setelah mereka menguasai ilmu ketrampilan, bisa mandiri mencari uang sendiri dengan bekal ilmu yang telah dikuasainya.  Bentuk pelatihannya adalah otomotif, ternak, garment, elektronik, pertukangan dan lain sebagainya. 
4.      Pemberian modal usaha
Pemberian modal usaha bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah merupakan usaha yang cukup bijak untuk mendorong mereka berwirausaha. Pemerintah harus mendorong mereka untuk berniaga, dengan cara pelatihan dasar bagaimana cara berbisnis, mengelola modal dan lain sebagainya. Modal usaha untuk UKM biasanya bunganya lebih ringan, tanpa agunan dan pembayaran kreditnya bisa diatur.
5.      Pendidikan gratis
Kebodohan merupakan pangkal dari kemiskinan. Oleh karena itu  pendidikan merupakan kunci utama memotong rantai kemiskinan di mana saja termasuk di Indonesia yang tingkat kemiskinannya tinggi. Pendidikan merupakan hak bagi masyarakat Indonesia. Sedangkan Pemerintah berkewajiban menyediakan pendidikan gratis, minimal pendidikan murah. Terutama pada anak-anak, harus mengenyam pendidikan dasar dari SD sampai SMA.

Berbagai Masalah Sosial yang Dihadapi Indonesia
Indonesia saat ini termasuk salah satu negara yang masih dalam taraf perkembangan atau disebut dengan negara berkembang. Tidak jauh berbeda dengan negara berkembang lain di dunia, Indonesia juga sering menghadapi berbagai macam masalah yang kadangkala bisa menghambat kemajuan. Salah satu yang paling kentara dan menjadi problem yang serius adalah masalah sosial.
Masalah yang kadangkala juga punya hubungan dengan budaya suatu daerah ini memang menjadi semacam virus atau penyakit yang sering kambuh, misalnya pada ada suatu masalah sosial yang sudah bisa terselesaikan.
Namun pada sisi yang lain efek dari masalah ini masih ada dan harus ditanggung oleh masyarakat. Dan setelah efek ini sudah bisa diminimalkan muncul permasalahan serupa di daerah lain yang cara penanganannya kadangkala memerlukan teknik yang berbeda sesuai dengan budaya yang ada di daerah tersebut.
Kemudian contoh yang lain lagi adalah masyarakat menganggap ada suatu masalah sosial di suatu daerah. Namun masyarakat di daerah terebut menganggap bila yang terjadi di daerahnya bukan merupakan suatu masalah karena telah menjadi bagian dari budaya mereka.
Padahal secara kasat mata apa yang dinamakan budaya ini bisa menimbulkan kerugian bagi pihak lain dan menghambat suatu program yang sedang dijalankan. Hal inilah yang sering terjadi di negara negara berkembang termasuk negara kita Indonesia.
Inilah beberapa masalah sosial yang terjadi di tanah air.
Masalah Sosial Indonesia - Kemiskinan
Meski saat ini angka pertumbuhan ekonomi bangsa kita terus menunjukan grafik kenaikan namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat di sekitar kita yang hidupnya masih berada di bawah standar yang layak. Ini menjadi masalah sosial yang bisa kita temukan dengan mudah baik di daerah pedesaan maupun perkotaan.
Seseorang disebut miskin apabila ia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar ini dijabarkan menjadi sandang, papan, pangan, kesehatan, dan pendidikan (walaupun di negara maju kesehatan dan pendidikan umumnya ditanggung negara).

Menurut ilmu sosiologi, ada beberapa hal yang menyebabkan kemiskinan:
1.      Pilihan untuk menjadi (atau tetap) miskin, yang tercermin dari pola pikir, pilihan hidup, dan perilaku individu; misalnya berperilaku malas dan tidak mau berusaha.
2.      Sulitnya akses untuk mendapat pendidikan yang layak dan pekerjaan.
3.      Perasaan terbiasa dengan kemiskinan (karena hidup di lingkungan miskin) sehingga menganggap kemiskinan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
4.      Kemiskinan sebagai akibat dari permasalahan struktural, yaitu orang-orang miskin terjebak dalam kemiskinannya sebagai korban permasalahan struktur sosial.

Walaupun kini pemerintah mengklaim bahwa angka kemiskinan berhasil ditekan, beberapa pihak tetap skeptis karena belum ada program yang tepat dan efektif untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Beberapa usaha pemerintah mengentaskan masalah sosial ini adalah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat atau PNPM Mandiri, berbagai pelatihan kerja cuma-cuma, hingga BLT atau Bantuan Langsung Tunai.
Akan tetapi rupanya itu semua belum cukup. Kemiskinan di negeri ini bukan sebuah permasalahan solitaire yang ada dengan sendirinya. Kemiskinan adalah sebuah efek domino dari sulitnya mendapat pendidikan layak yang berujung pada sulitnya mendapatkan pekerjaan.
Pembangunan di daerah-daerah juga menjadi akar permasalahan kemiskinan. Pembangunan yang tidak jelas dan tidak merata (karena banyaknya dana yang dikorupsi) menyebabkan masyarakat mengadu nasib di ibu kota. Kebanyakan dari mereka hanya tidak berhasil dan hidup terlunta-lunta di tengah kerasnya kehidupan Jakarta.
Masalah Sosial Indonesia - Pendidikan
Masalah pendidikan di Indonesia adalah cerita lama. Mulai dari bangunan roboh sampai anak-anak putus sekolah adalah masalah yang mendarah daging sejak dahulu. Inilah sekelumit masalah pendidikan yang ada di Indonesia:
1.      Sulitnya akses pendidikan (di daerah-daerah)
2.      Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai
3.      Kurangnya kualitas guru
4.      Kesejahteraan guru yang sangat minim
5.      Tidak relevannya kurikulum pendidikan dengan kebutuhan hidup (sebagian besar pelajaran di sekolah fokus pada teori di dalam kelas, bukannya percobaan dan pengalaman langsung)
6.      Mahalnya biaya pendidikan
7.      Tidak adanya kesadaran orang tua di daerah-daerah untuk menyekolahkan anaknya
Memang, beberapa sekolah di perkotaan sudah relatif maju dan memadai. Akan tetapi cobalah Anda pikirkan, apakah presentasi anak yang sekolah di sekolah eksklusif serba memadai setara dengan anak yang harus berjalan kaki berjam-jam untuk menuju sekolahnya yang reyot?
Pembangunan yang terlalu terpusat di perkotaan dan tidak merata ke daerah-daerah di Indonesia menyebabkan terjadinya permasalahan pendidikan. Adapun masyarakat miskin perkotaan tetap harus menahan keinginannya untuk mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah yang bermutu.
Kabar baiknya, pemerintah sedang berusaha untuk meluruskan benang kusut masalah sosial ini. Berbagai program dijalankan dengan tujuan memperbaiki pendidikan Indonesia, seperti program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk memenuhi kebutuhan fasilitas dan sarana sekolah, program Indonesia Mengajar untuk memenuhi kebutuhan guru di pelosok, program Sertifikasi Akta IV bagi pengajar untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik, program sekolah gratis untuk membantu mereka yang tidak mampu membayar biaya pendidikan, berbagai program beasiswa, dan sebagainya.
Permasalahan pendidikan juga mencakup tidak memadainya pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Terbatasnya jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) cukup menyulitkan bagi para orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Namun di daerah-daerah, banyak juga orang tua yang berpikir bahwa anaknya yang ‘berbeda’ tidak perlu disekolahkan. Ini juga sepatutnya menjadi fokus pemerintah.
Masalah Sosial di Indonesia - Pengangguran
Pengangguran terkait dengan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Orang yang disebut pengangguran adalah mereka yang tidak memiliki sumber penghasilan sama sekali dan tengah mencari kerja. Tingkat pengangguran di Indonesia konon menurun sebanyak 6%, dari 8,12 juta orang menjadi 7,61 juta orang.
Ada beberapa jenis pengangguran, yaitu:
1.      Pengangguran terbuka; yaitu mereka yang secara terang-terangan baru kehilangan pekerjaannya dan sedang berusaha mencari pekerjaan lain.
2.      Pengangguran musiman; yaitu mereka yang sewaktu-waktu menganggur tetapi dalam waktu lain memiliki pekerjaan.
3.      Pengangguran terselubung; yaitu mereka yang jam kerjanya kurang dari 35 jam/minggu.
4.      Pengangguran struktural; yaitu mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan karena tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan
5.      Pengangguran sukarela; yaitu mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak berusaha mencari pekerjaan.
Untuk mengatasi pengangguran, pemerintah banyak mengupayakan berbagai cara. Di antaranya adalah dengan menyediakan kursus pelatihan kerja di dinas tenaga kerja daerah, memacu anak muda (dan pengangguran) untuk berwiraswasta dan meminjamkan dana dengan bunga rendah (bahkan tanpa bunga), dan sebagainya.
Pengangguran, selain menimbulkan efek ekonomis bagi para pelakunya, juga menimbulkan efek psikologis. Menjadi pengangguran sering kali dianggap aib, walaupun pelaku terpaksa menjadi pengangguran karena memang tidak ada perusahaan yang menerimanya bekerja.
Berbagai Masalah Sosial Lain yang Terjadi di Indonesia
Selain ketiga masalah sosial di atas, ada masalah-masalah sosial lain yang harus segera diberantas guna memaksimalkan pembangunan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Inilah beberapa di antaranya:
1. Kesenjangan Sosial
Masalah sosial ini juga bisa menimbulkan efek yang lain. Misalnya terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara orang yang mampu dan kelebihan harta serta orang yang hidupnya selalu dalam kondisi yang pas-pasan saja. Hal ini bisa menimbulkan rasa kecemburuan yang tinggi sehingga menghilangkan rasa persaudaraan di masyarakat.  Ini juga dapat memacu terjadinya tindakan kriminal.
2. Kemacetan Lalu Lintas

Masalah sosial yang satu ini lebih sering terjadi terutama di kota-kota besar. Padahal efek dari kemacetan ini juga bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar. Misalnya karena harus antri di keramaian lalu lintas orang akan kehilangan waktu untuk bekerja atau kegiatan lain yang bersifat produktif.  Kemacetan lalu lintas bisa dianggap sebagai masalah sosial karena akar permasalahan kemacetan adalah sikap pengguna jalan raya yang tidak disiplin mematuhi rambu dan bertingkah seenaknya saja.
3. Disiplin yang Kurang

Hal ini menjadi masalah sosial yang paling punya pengaruh terhadap kemajuan suatu wilayah atau negara. Namun untuk menangani masalah yang satu ini memang dibutuhkan kerja keras dan waktu yang cukup lama. Karena untuk menghilangkan problem yang kadangkala sudah menjadi budaya ini butuh pemahaman yang cukup dalam warga.
4. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
KKN adalah masalah sosial yang relatif terjadi merata di berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pejabat pemerintahan hingga pegawai kecil di daerah pernah melakukan KKN, sebesar apa pun jumlahnya. KKN harus segera diberantas jika ingin masyarakat hidup sejahtera dan negara ini semakin maju.
Demikianlah sekilas tentang beberapa masalah sosial yang sedang di hadapi bangsa kita. Semoga masalah penghambat kemajuan ini bisa segera terselesaikan sehingga kita bisa menjadi bangsa yang besar, makmur dan sejahtera

terima kasih

pengertian masalah sosial

Masalah Sosial
Ilustrasi masalah sosial
Masalah sosial merupakan suatu kondisi yang terlahir dari sebuah keadaan masyarakat yang tidak ideal. Artinya, selama dalam suatu masyarakat masih dijumpai adanya kebutuhan masyarakat yang tidak terpenuhi secara merata, maka masalah sosial akan selalu ada. Dalam kehidupan masyarakat yang heterogen seperti di Indonesia, tentu akan banyak sekali dijumpai permasalahan sosial.
Apalagi masyarakat di lihat dari jumlah penduduk dan keragaman suku budayanya, ini fakta ini bisa menimbulkan konflik dan masalah sosial yang berkembang di masyarakat.  Secara logika negara yang terdiri dari beragam suku memiliki potensi masalah sosial yang begitu tinggi.  Kalau konflik seperti ini tak ditangani dengan baik memicu masalah yang lebih besar lagi.

Definisi Masalah Sosial
Soerjono Soekanto mendefinisikan masalah sosial sebagai suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Unsur-unsur yang ada di masyarakat dapat menimbulkan gangguan terhadap hubungan sosial jika mengalami suatu gesekan atau bentrokan. Akibatnya, kehidupan suatu masyarakat atau kelompok akan goyah.
Masalah sosial ini muncul seiring dengan terjadinya perbedaan yang signifikan antara nilai dalam masyarakat dengan realita atau kenyataan yang terjadi di lapangan. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh masyarakat sendiri, biasanya oleh lembaga yang memang memiliki kewenangan khusus, seperti tokoh masyarakat, musyawarah masyarakat, organisasi sosial, atau pemerintah.
Jenis-jenis Masalah Sosial
Masalah sosial yang ditemui di masyarakat biasanya sangat beragam. Namun, dari keberagaman itu sebenarnya masalah sosial ini dapat dikategorikan ke dalam empat faktor penyebab utamanya, yakni sebagai berikut.

1. Faktor Ekonomi
Masalah ini timbul karena pemicunya  dari faktor negara, biasanya berupa kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya. Masalah sosial jenis ini yang paling bertanggung jawab adalah pemerintah.  Seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1997 sampai 1998 dimana pada masa itu terjadi krisis moneter di Asia Tenggara, yang menyebabkan inflasi besar-besar di Indonesia, Thailand dan Malaysia.  Ekonomi Indonesia diambang kebangkrutan akibatnya terjadi PHK besar-besaran pada industri manufaktur dan perbankan, dan ditambah lagi situasi politik  dalam negeri menjadi kacau. Faktor ekonomi juga berkaitan dengan dinamika politik dalam negeri maupun luar negeri.  
Faktor ekonomi pada kalangan masyarakat kelas bawah, bisa berkembang menjadi tindakan kriminalitas.  Sedangkan pada kalangan atas dan birokrat biasanya melakukan tindakan kejahatan kerah putih.

2. Faktor Budaya
Budaya yang berkembang pada masyarakat memiliki peran banyak  pemicu masalah sosial. Seperti  kebiasaan ijon pada pertanian, pernikahan dini, upacara adat yang terlalu mewah dan berlebihan, kawin cerai, kenakalan remaja, dan sebagainya.  Penyelesaian masalah sosial karena faktor budaya dilakukan secara hati-hati agar tak terjadi resitensi dari anggota masyarakat. Tindakan pelurusan budaya dilakukan oleh orang yang memiliki wawasan budaya, atau malah lebih baik dari kalangan generasi muda.

3. Faktor Biologis
Dahulu masyarakat masih sering mengenal perkawinan sedarah, sehingga menghasilkan keturunan /generasi yang tak sempurna,  seperti cacat fisik maupun lemah IQ, generasi hasil perkawinan sedarah ini yang menimbulkan masalah sosial.  Namun rasanya faktor biologis atau keturunan, sekarang sudah berkurang.  Biasanya berupa penyakit menular, keracunan makanan, dan sebagainya.

4. Faktor Psikologis

Masalah sosial dikarena faktor psikologi, kerap melanda masyarakat perkotaan. Masalah ini timbul karena faktor beban hidup di kota besar lebih berat, pekerjaan yang membikin stress, memicu meraka cepat marah dan terkadang timbul konflik antara tetangga.  Lihat saja prilaku pengendara mobil dan sepeda motor diperkotaan, ternyata bisa merubah karakter sifat manusia.

PAGE 1 

lingkungan sosial


Lingkungan Sosial

Sebelum membahas mengenai permasalahan dalam lingkungan sosial manusia, ada baiknya mengetahui lebih dulu mengenai apa yang dimaksud dengan lingkungan sosial itu sendiri. lingkungan sosial merupakan sebuah hubungan yang didalamnya terdapat interaksi antara masyarakat dan lingkungannya.
Sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat terhadap lingkungannya biasanya dipengaruhi oleh nilai sosial, karena hal tersebut adalah hubungan antara keduanya. Jika nilai sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat berubah atau bergeser, sikap masyarakat itupun akan juga bergeser atau berubah keadaannya.
Hal inilah yang menyebabkan hubungan antara manusia dan lingkungan selalu berjalan secara dinamis. Hal ini tetap berjalan terlepas dari baik dan buruknya lingkungan sosial tersebut.
Lingkungan sosial yang ada pada masyarakat saat ini biasanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.       Lingkungan Sosial Primer. Dalam lingkungan ini terdapat hubungan yang terjalin erat antara anggota satu dengan anggota lainnya. Anggota yang ada dalam lingkungan ini satu sama lain saling mengenal dan dekat dengan anggota lainnya.
2.       Lingkungan Sosial Sekunder. Lingkungan sosial ini terlihat dari hubungan anggota yang satu sama lain terlihat longgar.
3.       Tujuan dari dibangunnya hubungan msyarakat dalam lingkungan ini di antaranya;
4.       Untuk membangun rasa satu kesatuan yang terdapat dalam Pancasila yang memang ditanamkan demikian untuk membangun kedekatan satu sama lain.
5.       Supaya tertanaman rasa tolerasi di antara anggota masyarakat tersebut sehingga setiap angggota dapat masuk ke dalam kelompok masyarakat
6.       Agar timbul rasa sosial di antara individu karena saling merasa ketergantungan. Hal ini berkaitan erat dengan kepedulian sosial dalam masyarakat
7.       Adanya nilai-nilai demokrasi yang tumbuh dengan melahirkan sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya, sehingga terciptalah rasa kesatuan di dalamnya.
Dari uraian mengenai lingkungan sosial di atas, mungkin Anda akan menyadari betapa pentingnya kehidupan sosial yang terjalin antarmanusia. Seperti yang sudah diketahui, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa campur tangan orang lain.
Lingkungan bermasyarakat ini merupakan sebuah kehidupan sosial yang memerlukan hadirnya kelompok masyarakat, yang memang pada dasarnya memaksa setiap individu agar dapat menyesuaikan dirinya dengan segala peraturan, nilai-nilai, maupun adat yang terdapat dalam kelompok masyarakat tersebut.
Dengan kehidupan bermasyarkaat tersebut, ada saatnya lahir sebuah masalah dari lingkungan sosial yang pada umumnya dapat terjadi di masyarkat kalangan manapun. Masalah-masalah yang timbul akibat dari perubahan lingkungan sosial ini pada umumnya adalah akibat dari ketidaksinambungan lingkungan tersebut dengan anggotanya. Masalah-masalah inilah yang kemudian memberikan dampak, baik itu dampak positif maupun negatif bagi lingkungan tersebut.
Saat ini seperti yang sudah diketahui, Indonesia sedang menghadapi masalah-masalah dari lingkungan sosial di berbagai bidang, salah satu masalah yang terjadi dalam llingkungan tersebut disebabkan oleh adanya perubahan sosial masyarakat yang sudah dijelaskan sedikit di atas.
Perubahan inilah yang menyebabkan sebuah dampak yang baik atau pun positif yang berbentuk sebuah kemajuan atau kemunduran dari suatu kelompok masyarakat tersebut.
Perubahan Sosial dalam Lingkungan Sosial
Peningkatan perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat mengenai lingkungan sosial ini di antaranya;
1.       Berkembangnya konflik sosial yang terjadi dengan atau tanpa kekerasan yang terjadi di masyarakat. Konflik ini biasanya terjadi akibat persaingan, perbedaan atau lainnya yang menimbulkan rasa sosial yang kurang menerima  dengan adanya perbedaan dan juga persaingan tersebut. konflik ini terjadi berkaitan erat sekali dengan proses mempersatukan masyarakat secara sosial dan mementingakn kata persatuan yang terjalin dalam kehidupan secara bermasyarakat.
2.       Peningkatan angka pengangguran dan juga kemiskinan merupakan suatau masalah lingkungan sosial yang tidak bisa kita abakan begitu saja. seperti yang sudah kita ketahui, khususnya di Indonesia saat ini angka pengangguran dan kemiskinan setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Persoalan ini muncul akibat kurangnya lahan pekerjaan untuk masyarakat. Hal ini  diakibatkan karena kurangnya pengetahuan atau pendidikan. Banyak lapangan pekerjaan yang memecat dan mem-PHK-kan karyawannya yang kemudian menimbulkan bertambahnya angka pengangguran di Indonesia. Selain itu kemiskinan juga disebabkan oleh faktor ekonomi dan juga sistem politik yang mungkin tidak sebanding dengan kondisi di Indonesia saat ini.
3.       Masalah lingkungan sosial lainnya yang terjadi di masyarakat khususnya Indonesia lainnya adalah ledakan jumlah penduduk yang tidak terkontrol lagi. Ledakan jumlah penduduk di Indonesia ini memang sangat tinggi angkanya. Hal ini disebabkan oleh tidak dibatasinya angka kelahiran masyarakat Indonesia dan juga banyaknya perkawinan yang dilakukan pada usia dini. Walau pun masyarakat Indonesia pada umumnya mengetahui mengenai Program Keluarga Berencana, namun hal tersebut belum bisa efektif menekan jumlah kelahiran di Indonesia.
4.       Meningkatnya kesenjangan sosial yang terjadi pada lingkungan masyarakat Indonesia. Kesenjangan sosial terutama kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarkat Indonesia dapat dikatakan sebagai sebuah ketidakseimbangan yang terjadi di lingkungan bermasyarakat dalam kesempatan untuk bekerja, kesempatan untuk berusaha, dan juga kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Sehingga terbentuk lah benteng yang membatasi mana si miskin dan mana si kaya.
5.       Perkembangan zaman meengaruhi gaya hidup masyarakat. Seperti yang sudah diketahui, masyarakat Indonesia saat ini cenderung lebih suka untuk mengikuti mutlak pengaruh yang berasal pengaruh dari barat. Sehingga saat ini masyarakat Indonesia banyak yang berpola hidup kebarat-baratan terutama pola hidup yang terjadi pada generasi muda.
6.       Menurunnya masyarakat yang melestarikan adat istiadatnya. Permasalahan dalam lingkungan sosial ini memang cukup memprihatinkan. Pasalnya, generasi muda bangsa Indonesia seolah tidak peduli terhadap adat tradisional Indonesia pada umumnya dan menganggap kebudayaan barat lah yang wajib dan bagus untuk diikuti. Hal inilah yang kemudian menenggelamkan budaya Indonesia sendiri dan mungkin akan menjadi punah dengan sendirinya.
7.       Distribusi masyarakat penduduk yang tidak merata banyak menimbulkan masalah baru dalam lingkungan sosial di Indonesia. Adanya sistem urbanisasi yang menyebabkan banyak masyarakat desa yang berpindah ke kota untuk mengubah nasibnya menyebabkan meningkatnya penduduk kota. Hal ini kemudian membuat banyaknya masyarakat desa bekerja sebagai pengemis atau pemulung yang tidak memiliki tujuan tempat atau sanak saudara di kota. Selain itu, dengan padatnya penduduk di kota menyebabkan banyaknya aksi kriminal yang dilakukan oleh masyarakat.
8.       Dalam sebuah lingkungan sosial, tentu terdapat berbagai macam masalah. Salah satunya adalah masalah kesehatan. Banyak saat ini penyakit yang belum bisa ditanggulangi. Sehingga angka kesehatan yang ada di masyrakat ini masih banyak yang tidak dipedulikan. Inilah yang harus disadari oleh masyakat banyak akan pentingnya sebuah lingkungan yang sehat dan menjadikan masyarkat yang sehat pula.
Banyak masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sosial yang mungkin banyak yang dialami sendiri, misalnya masalah sosial kenakalan remaja, kurangnya tingkat pendidikan, penyalahgunaan narkoba dan rusaknya moral anak bangsa yang saat ini begitu memprihatinkan.
Hal demikian memang merupakan segelintir maslah yang timbul di lingkungan sosial sekitar masyarakat Indonesia. Masalah-masalah sosial demikian harus lah mendapatkan perhatian yang lebih dari masyarkat dan juga pemerintah itu sendiri. Karena pada dasarnya masyarakat hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah yang rela dan sigap dalam membangun negeri ini supaya menjadi sebuah negeri yang damai dan menjadi negeri yang dihormati oleh negara-negara lainnya.
Lingkungan sosial memang menjadi salah satu faktor pembangun moral, tatakrama, dan juga pola pikir sebuah masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan lingkungan perlu dilakukan sebaik-baiknya, juga untuk melindungi masyarakat dari pengaruh buruk yang dihasilkannya.


Terima kasih......

Rabu, 19 November 2014

kompeten sosial


Kompetensi Sosial
Seperti yang sudah diketahui, peran orangtua dalam tumbuh kembang anak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sosialisasi anak. Peranan orangtua dimulai dari masa bayi, ketika orangtua memberikan perhatian yang lebih dan berkomunikasi dengan anaknya walaupun belum secara baik. Hal ini terus berkembang hingga anak sudah mulai bisa berkomunikasi secara baik dan dapat berinteraksi dengan orangtuanya.
Di sinilah orangtua berperan memberikan pengarahan dan bimbingan pada anak dalam interaksi sosial. Interaksi-interaksi sosial yang dibangun oleh anak ini kemudian akan menghasilkan kompetensi sosial yang sangat penting.
Kompetensi sosial yang dibangun dengan pengarahan-pengarahan orangtua, nantinya akan membantu anak dalam menghadapi kehidupan sosialnya. Seperti penilaian terhadap orang lain, kooperatif dalam lingkungannya, ramah terhadap teman sebayanya, sopan santun dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, peran orangtua menjadi salah satu pendukung agar anak dapat bergabung dengan kelompok teman sebayanya. Biasanya orangtua menginginkan anaknya untuk bisa bergabung dalam kelompok teman sebayanya. Hal ini dikarenakan banyak pelajaran yang bisa diambil oleh anak dari mulai belajar mandiri dan bersosialisasi.
Banyak orangtua yang menginginkan anaknya bisa bergaul dalam lingkungan yang baik dan bisa diterima oleh anak-anak lainnya. Secara sosial, anak dapat dikatakan sebagai sosialis yang bisa dengan mudah masuk ke dalam lingkungannya sendiri.
Akan tetapi, orangtua biasanya ingin mengatur keberadaan anak dalam lingkungan yang baik dan juga pergaulan yang baik. Pengaturan orangtua terhadap anaknya ini merupakan sebuah hal yang menunjukkan bagaimana pola asuh orangtua terhadap anaknya tersebut.
Gaya Asuh Orangtua dan Kompetensi Sosial
Dalam lingkungan pergaulan sang anak, setiap orangtua tentu mengharapkan anaknya tergolong sebagai anak yang baik, yang mau berbagi dengan teman sebayanya serta tidak mudah terpengaruh oleh teman-teman sebayanya yang dinilai kurang baik. Hal inilah yang kemudian melahirkan peraturan-peraturan dari orangtua yang membatasi anak dalam membangun hubungan sosial.
Kompetensi sosial anak serta pola asuh orangtua seringkali berbenturan. Akan tetapi, di antara kedua faktor sosial anak tersebut terdapat jembatan yang nantinya akan membentuk karakter anak. Hal inilah yang kemudian menjadi sebuah permasalahan ketika anak tumbuh menjadi remaja atau dewasa. Pergaulan menjadi sebuah hal yang penting daripada peraturan yang dibangun oleh orangtua.
Pola asuh orangtua seringkali berpusat pada pengontrolan, pengaturan dan pelarangan pada sang anak. Walaupun tidak semua gaya asuh orangtua menekankan hal-hal demikian. Hal inilah yang melibatkan pola asuh orangtua dengan kompetensi sosial anak.
Menurut Baumrind dalam bukunya yang berjudul Darling, terdapat dua perbedaan mengenai pola asuh orangtua yaitu parental responsiveness dan parental demandingness.
Parental responsiveness merupakan pola pengasuhan orangtua yang memupuk anak untuk menjadi dirinya sendiri dan memupuk kesadaran akan perkembangan individualisme anak. Dalam hal ini, orangtua senantiasa mendukung, mendengar dan memenuhi kebutuhan khusus dan tuntutan yang dilontarkan anak.
Pola asuh orangtua ini akan berkaitan dengan kompetensi sosial anak yang nantinya berpengaruh pada sosialisasi anak dengan lingkungan pertemanannya.
Sedangkan untuk pola asuh orangtua dengan cara parental demandingness merupakan pola asuh ketika orangtua memosisikan anak sebagai hal yang harus dikontrol dalam setiap gerak-geriknya. Orangtua menuntut anaknya untuk tetap terhubung dalam keutuhan keluarga serta menuntut anak untuk tetap berada dalam jalur yang baik. Dengan cara mengawasinya, mendisiplinkannya dan mengonfrontasi ketika anak berada dalam satu keadaan yang dianggap sebagai suatu kekeliruan.
Orangtua yang demikian merupakan orangtua dengan gaya otoriter yang cenderung ingin mengatur tanpa mau mendengarkan keinginan dan kehendak sang anak. Pola asuh orangtua yang seperti ini menciptakan lingkungan yang tertata rapi dan terstruktur dengan aturan-aturan yang jelas dan bersifat wajib untuk dipatuhi. Orangtua yang otoriter ini cenderung kurang ahli dalam menunjukkan kasih sayangnya dan bersikap lembut.
Hal ini dapat dilihat dari caranya yang begitu agresif dalam menyelesaikan suatu masalah. Demikian juga dengan kompetensi sosial yang berkaitan erat dengan interaksi sosial yang cenderung kurang ramah dan kurang bisa menerima lingkungannya.
Sebaliknya, untuk orangtua dengan pola asuh yang cenderung menerima impuls anak atau yang disebut dengan parental responsiveness, lebih sedikit dalam hal menuntut anak. Orangtua dengan pola asuh ini cenderung menerima impuls serta tuntutan dari anak saja.
Mereka memberikan apa yang anak minta dan cenderung kurang mengontrol perilaku anaknya. Walaupun sikap atau perilaku anak mudah bergaul dan ramah, namun dengan pola asuh orangtua seperti ini anak akan kurang mengetahui dan memiliki pengetahuan terhadap perilaku yang tepat untuk situasi sosial serta kurang bertanggung jawab pada perilakunya yang salah.
Dari kedua pola asuh yang telah dijelasakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua terhadap anak haruslah seimbang atau yang lebih sering disebut dengan pola asuh otoritatif. Karena hal ini tentu akan berdampak terhadap kompetensi sosial anak dalam sosialisasinya. Tidak hanya itu, pola asuh orangtua juga diharapkan dapat membentuk karakter sang anak menjadi seseorang yang mempunyai sopan santun dan batasan-batasan sendiri.
Pola asuh orangtua haruslah dipahami dengan baik sebagai fungsi orangtua agar dapat mendidik anaknya dengan baik. Oleh karena itu, pola asuh otoriter, otoritatif, dan lainnya haruslah benar-benar dipahami oleh setiap orangtua.
Dampak Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Kompetensi Sosial Anak
Pola asuh orangtua seperti yang sudah kita ketahui memang banyak memengaruhi perkembangan kompetensi sosial anak alam segala bidang. Baik itu dalam bidang akademik, psikososial, perilaku dan lain sebagainya. Dari beberapa penelitian mengenai dampak pola asuh orangtua terhadap kompetensi sosial anak, telah disimpulkan hal-hal berikut;
1.       Anak dan remaja yang memiliki orangtua dengan pola asuh otoritatif cenderung memiliki kompetensi sosial maupun kompetensi instrumental atau kinerja akademik lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak dan remaja yang memiliki orangtua nonotoritatif.
2.       Anak dan remaja dengan pola asuh orangtua yang tidak peduli, memiliki kinerja buruk dalam kompetensi instrumental dan sosialnya.
3.       Anak dan remaja dengan pola asuh orangtua yang otoriter cenderung bersikap menghindari permasalahan. Akan tetapi, sikap dan keterampilan sosial yang ditunjukan oleh anak dan remaja ini menunjukkan sesuatu yang kurang baik, harga diri yang rendah, dan presentase depresi pada anak cenderung tinggi.
4.       Anak dan remaja dari orangtua yang berpola asuh permisif atau yang cenderung memanjakan biasanya akan terlibat dalam perilaku yang bermasalah dan memiliki kinerja akademik kurang baik. Akan tetapi meraka ini memiliki harga diri yang tinggi serta tingkat depresi yang dimilikinya cenderung rendah.
Dari penjelasan mengenai dampak pola asuh orangtua terhadap kompetensi sosial anak dapat disimpulkan bahwa, pola asuh otoritatif memberikan keuntungan yang sangat baik untuk perkembangan kompetensi instrumental dan sosial anak. Hal ini dikarenakan penggabungan dari dimensi pola asuh parental responsiveness yang tinggi dengan pola asuh parental demandingness yang moderat dan seimbang.
Pada umumnya, parental responsiveness dapat memengaruhi dan meramalkan kompetensi sosial dan keberfungsian psikososial. Sedangkan untuk parental demandingness berkaitan erat dengan kompetensi instrumental atau kinerja akademik serta kontrol perilaku pada anak.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran orangtua terhadap perkembangan kompetensi sosial anak memang sangat besar. Keterkaitan peran orangtua dan tumbuh kembang anak terjalin dengan adanya pola asuh orangtua yang diberikan sejak dini.
Di dalam mengasuh atau mendidik anak, tentu tidak semua didikan orangtua berjalan dengan lancar dan baik. Akan tetapi, dapat dikatakan lebih baik lagi jika orangtua mendidik anaknya dengan pola asuh yang otoritatif daripada pola asuh orangtua lainnya. Semoga Anda dapat menjadi orangtua yang bijak.


Terima kasih..

jaringan sosial


Jaringan Sosial
Dengan banyaknya kemajuan yang terjadi di dunia teknologi informasi dan telekomunikasi, tentu banyak dari kita sering terkecoh dengan apa yang dimaksud dengan jaringan sosial dan jejaring sosial. Keduanya memang merupakan hal yang tampak yang sama, akan tetapi pengertian dan penjelasan dari kedua hal tersebut merupakan hal yang berbeda.
Pentingnya Jaringan Sosial
Jejaring sosial sering diartikan sebagai sebah komunitas internet yang saat ini banyak sekali ragamnya. Misalnya saja Facebook, twitter, dan lain sebagainya.
Dari wacana di atas, jaringan tentu merupakan sebuah hal yang tidak banyak orang mengenalnya. Pada dasarnya jaringan dan jejaring sosial merupakan hal yang sama, keduanya memuat sebuah interaksi yang terjadi antarsesama. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan jaringan sosial tersebut? Dalam pembahasan kali ini, bahasan pembahasan mengenai jaringan sosial kita mulai dengan membahas dari akar jaringan tersebut berlangsung.
Jaringan sosial merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seperti yang sudah diketahui, kehidupan bermasyarakat dunia tidak terlepas dari komunikasi sosial yang secara terus-menerus terjadi dan rutin dilakukan dalam menjalani hidup ini. Hal ini memng menjadi suatu dasar bahwa manusia memang merupakan mahkluk sosial yang selalu hidup berdampingan satu sama lainnya.
Seperti yang dikatakan oleh Gonzales dalam Jahi pada1993, komunikasi dalam suatu sosialisasi merupakan sebuah transfer berupa informasi yang dikirim oleh seorang pengirim kepada penerima yang banyak dilakuakn oleh manusia pada umumnya. Namun, dengan banyakya komunikasi yang bisa terjalin dalam ruang lingkup sosial, seringkali komunikasi disebut juga sebagai sumber atau bahkan berbagai informasi yang bisa kita dapatkan setiap saat.
Hal tersebut tentu dapat dihubungkan dengan jejaring sosial, karena di sana tukar-menukar informasi dan lain sebagainya dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui jaringan internet yang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Beralihnya suatu tujuan atau fungsi dari komunikasi sosial ini tentu berdampak pada sebuah perubahan mengenai fungsi dari komunikasi tersebut.
Perubahan ini membawa Anda kepada pemusatan yang terjadi pada sebuah hal yang disebut dengan komunikasi sosial. Setiap individu harusnya berada dalam lingkungan langsung atau berada dalam sebuah topik tertentu yang di dalamnya bisa saja dapat mengembangkan suatu hubungan pergaulan di antara individu tersebut.
Dari sini, bisa dipahami bahwa setiap komunikasi dalam jaringan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat merupakan hal yang penting adanya. Selain untuk meningkatkan berbagai macam informasi yang dapat dikirim dan diterima oleh setiap individu, komunikasi juga dapat menunjukan individu-individu ini terdapat dalam lingkaran pergaulan, sebuah lingkaran pergaulan yang akan membahas mengenai toipk-topik tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa Anda haruslah mengetahui cara bagaimana untuk bisa memahami dan mengerti elemen dari komunikasi yang terjadi di antara individu dan individu lainnya. Terdapat berbagai macam cara, untuk memahami indikator komunikasi tersebut, adalah:
1. Isi dan Sumber
Isi dan sumber yang ditunjukan dari apa yang menjadi sebuah informasi tersebut dan juga siapa dan mengapa hal tersebut dapat menjadi sebuah pengembangan potensi dari seseorang. Siapa yang terdapat dalam hal ini ialah lebih kepada suatu petunjuk, petunjuk bahwa hal tersebut menggambarkan tentang posisi yang bersangkutan atau struktur masyarakat setempat.
Hal ini mengartikan, bahwa sebagai setiap individu yang berada di lingkungan tersebut,tentulah harus mengetahui posisi dan bagaimana proses penerimaan individu lainnya. Agar hal ini dapat berjalan dengan baik dalam lingkungan bermasyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan siapa di sini berarti mempertanyakan tentang posisi yang menunjuk seorang individu tadi.
2. Komunikasi
Jenis saluran komunikasi merupakan sebuah indikator dimana hal tersebut dapat kita lihat dari jumlah institusi sosial. Jumlah institusi sosial ini terhitung dari institusi sosial formal maupun non formal yang terjadi dalam suatu organisasi dan efektivitas fungsional.
3. Khalayak atau Kalangan Umum
Sebuah elemen dari komunikasi ini memang sangat penting adanya yaitu tipologi khalayak yang menggambarkan mengenai karakteristik demografi yang terjadi dalam setiap lingkungan bermasyarakat tersebut. Dalam segi elemen komunikasi ini, khalayak atau individu yang berperan dalam komunikasi sosial dilihat dari karakteristik berdasarkan status, ekonomi dan juga sosial yang berkembang dalam satu lingkungan masyarkata tersebut.
Pada satu kelompok yang memiliki tingkat status, ekonomi, dan sosialnya tinggi, cenderung lebih selektif dalam menerima setiap informasi yang ia dapatkan dari komunikasi sosial yang terjadi dalam jaringan sosial tersebut.
Akan tetapi, hal tersebut berbanding terbalik terhadap apa yang terjadi pada tingkat status, ekonomi dan sosial yang rendah. Pada kelompok tersebut cenderung dapat dengan mudah menerima informasi yang ada dan dapat dikatakan juga lebih apatis terhadap informasi yang ia dapatkan tersebut.
Ketika jaringan sosial yang berfokus pada sebuah hubungan dalam sistem sosial, hubungan ini lebih bisa kita katakan sebagai analisis jaringan komunikasi dalam lingkungan bermasyarakat. Analisis ini tidak hanya digunakan untuk mengetahui karakter dari setiap individu atau sebagai petunjuk dalam sebuah elemen komunikasi, melainkan juga sebagai langkah untuk mengetahui keanggotaan dari sebuah jaringan sosial tersebut.
Tidak hanya itu, dengan adanya analisis komunikasi sosial ini juga dapat membantu dalam menentukan arah hubungan, keterbukaan dalam mengeluarkan pendapat, jaringan komunikasi setiap individu, hingga pada sebuah keakraban atau sebuah keterikatan yang terjalin sesama individu dalam jaringan komunikasi sosial tersebut.
Pengertian dari jaringan sosial sendiri adalah sebuah jaringan yang di dalamnya terdapat sebuah hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan bermasyarakat. Jaringan ini merupakan sebuah relasi dan hubungan sosial yang terjalin, yang oleh masyarakat sendiri bisa diamati secara keseluruhan. Misalnya saja jaringan sosial yang terjadi dalam sebuah kelompok masyarkat yang berada di desa.
Terdapat beberapa hubungan di dalam kelompok masyarakat desa tersebut yaitu antara pemimpin desa dengan masyarakat, dan juga terdapat komunikasi yang terjadi di kalangan masyarakat desa pada umumnya. Hubungan-hubungan sosial tersebut terjadi di beberapa bidang kehidupan seperti kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
Relasi dan hubungan sosial ini merupakan sebuah gambaran bahwa hal tersebut menunjukkan sebuah hubungan antara status-status dan peran-peran yang terdapat dalam lingkungan masyarakat tersebut. Bisa dikatakan, jaringan sosial yang terjadi pada masyarakat yang hidup diperumahan atau pemukiman, misalnya di suatu kompleks, lebih terlihat rumit jika dibandingkan dengan masyarakat sederhana atau masyarakat primitif sekalipun.
Menurut seorang sosialis yaitu Wright, kajian komunikasi dapat dikatakan lebih mengarahkan kepada pola-pola yang memengaruhinya. Pola-pola pengaruhnya ini adalah siapa saja yang menjadi seorang yang berpengaruh terhadap lingkungannya dan bagaimana cara penyebaran informasi melalui komunikasi ini berjalan dan menyebar ke lingkungan masyarakat tersebut.
Hal ini kemudian menunjukan kepada kita mengenai jaringan komunikasi yang berhubungan dengan ketokohan atau kepada kepala masyarakat dari desa atau lingkungan masyarakat tersebut. Untuk penyebutan sebuah tokoh ini tentu bergantung kepada status tokoh yang dijadikan sebagai orang berpengaruh di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan status merupakan bagian dari hal yang tidak bisa dilepaskan dengan pengaruh dan stabilitas masyarakat setempat terhadap sumber informasi dan segala aspek yang terjadi di dalamnya.


Demikianlah pembahasan mengenai jaringan sosial dalam lingkungan bermasyarakat. Semoga bermanfaat!

interaksi sosial


Interaksi Sosial
 Interaksi soial mencoba menggali antara satu individu kepada individu lainnya, suatu kerangka yang kejujuran dan pilihan adalah menu utamanya.
Pada interaksi sosial orang tengah belajar untuk memosisikan diri, mencoba untuk mengenali kehandalan dirinya, dan juga mencoba mengenali identitas dirinya di mata orang lain.

Ahli semacam G.H. Mead telah memberikan semacam kuliah hebat kepada dunia penelitian sosial mengenai temperamen manusia, mengatasi kebohongan, mencoba mengenali pola kejujuran, dan bahkan mencoba mengenali bakat, serta pengetahuan baru dengan jalan memahami interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang di namakan dengan interaksionisme simbolik.
Yang tidak atau kurang dari penelitian Mead atau belakangan Herbert Blummer, adalah sisi deseptis dari individu dan kelompok. Tentu saja bila interaksi sosial itu mengarah pada sisi saling membuka diri, saling memberikan banyak hal penuh keterbukaan dan kejujuran, maka simbol-simbol yang ‘seharusnya’ yang bermakna denotatif yang bisa terjalin, sehingga muncul pengertian serta saling memosisikan diri antara satu dengan yang lainnya.
Lalu bagaimana halnya bila manusia atau individu melakukan negosiasi struktural satu dengan yang lainnya. Mencoba menuturkan pengalaman yang mendrive orang agar percaya sepenuhnya meyakini, hingga orang atau suatu kelompok menjadi solid dan terdorong mendukung gagasan si individu. Itulah yang dinamakan interaksi sosial berdasarkan mitos simbolik.
Manusia dipersenjatai dengan bahasa, dan kebanyakan bahasa adalah bersifat konotatif dan mitos, bersifat makna yang sementara, manusia memainkan mitos-mitos demi keuntungan ekonomisnya. Dan manusia melakukan itu dengan menggunakan identitas sosialnya, bukan identitas riilnya, dalam mencapai tujuan itu, yaitu untuk melakukan interaksi sosial.
Sebelum Interaksi Sosial, Ada Interaksi Inner Self
Identitas kedua atau yang kenal sebagai identitas sosial adalah nama, sosok dengan nama yang diberikan oleh orang banyak, semacam julukan, atau nickname yang diberikan kepada seseorang, termasuk nama dari orang tua.
Padahal sejatinya, ketika seorang manusia tumbuh dia tidak lagi mau menjabat sosok yang dikenali orang kepadanya, dia rebel, dia mencoba berontak lantas mencari tahu siapa dirinya sebenarnya, siapa namanya yang sebenarnya. Yang tidak perlu bernegosiasi dengan orang. Proses di bawah ini menggambarkan apa yang tengah terjadi ketika manusia mendapatkan identitas, bukan dari interaksi sosial, melainkan proses inner self.
Interaksi sosial dalam konteks film Matrix. Di dalamnya terdapat tokoh protagonis bernama Neo – yang merupakan nama lain dari nama sosial bernama Mr. Anderson. Neo adalah nama avatar dari John Anderson. Nama ‘inner self’ seorang John Anderson. Nama Neo, kelak berkenalan dengan nama Morpheus, atau nama Triniti. Semua adalah nama yang diciptakan oleh masing-masing karakter dan bermakna pemberontakan satu dengan yang lainnya.
Mereka memberontak terhadap struktur sosial yang ada yang lebih mengajukan nama pribadi yang lepas dari nama penamaan orang tua. Mereka tengah melipatgandakan diri, sebagai buah dari interaksi sosial. Karena merasa tidak nyaman dengan nama sematan orang tuanya. Tidak nyaman dan sama sekali tidak dirasakan dan dipikirkan olehnya.
Baginya nama sosial hanyalah untuk dipakai dalam saluran resmi dan formal. Sementara itu bagi yang ingin mengenal dekat dirinya, ingin masuk ke dalam hatinya, harus menggunakan nama inner selfnya. Ya manusia tengah melipatgandakan diri. Melipatgandakan diri tanpa kehadiran aksi sosial dirinya. Dan itu terbentuk dalam alam kesadaran ketika melakukan interaksi sosial.
Melalui proses-proses yang dijelaskan dalam teori-teori Freud sebagai motif pengalihan. Dalam diri manusia pada akhirnya akan terbentuk proses intrakomunikasi, yang sering disebut sebagai refleksi. Proses ini juga menjadi bagian dari interaksi sosial.
Interaksi Sosial Bukan Diri Sosial yang Murni
Mengulang pernyataan di atas. Jika proses interaksi sosial itu refleksi dijelaskan sebagai perumusan persepsi, intuisi, sensor inderawi, bahkan sampai kepada isi dari melamun, maka sebenarnya proses itu ditujukan kepada diri yang lain, dan bukan diri sosial? Seperti : “Aku takut”, “Mereka tidak suka aku”, “Apa yang mereka pikirkan? ” Semua kata-kata tersebut kita ucapkan kepada identitas asli dalam dirinya.
Dalam Communication: The Social Matrix of Psychiatry, Jurgen Ruesch dan Gregory Bateson menyatakan bahwa intrapersonal communication tidak lebih sebagai kasus spesial tentang interpersonal communication, dalam artian "dialog yang mendasari semua perwacanaan." Artinya secara sederhana saja bahwa proses intra sosial dalam interaksi sosial mendasari proses intersosial.
Proses inner self mendasari adanya interaksi sosial. Dan pada interaksi sosial yang akan selalu tampak dari Anda adalah manusia deceptis, manusia penuh hati-hati dan rasa curiga pada sesamanya. Namun itu wajar saja, karena selalu ada waktu dalam interaksi sosial masing-masing pihak akan masuk kepada proses penilaian antara sisi formal seseorang dengan sisi intimnya.
Sisi formal seseorang yang ternyata ada seorang pria gagah di satu sisi suaranya berat dan kuat, dan dia petinju hebat, mantan preman, dan bernama sangat macho. Namun ternyata, kepribadiannya berubah ketika ia berada di rumah, di lingkungan yang lebih kecil. Itu merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang dilakukannya, agar kehidupan sosialnya berjaln seimbang.
Interaksi Sosial Menghasilkan Habitus
Interaksi sosial sebagaimana yang tergambarkan dalam wacana Mead tentang interaksi simbolik mendapatkan acuan pula, dari bidang pemikiran lainnya, semacam strukturalis fungsionalisme, hingga teori Marx di Eropa. Wacananya bahkan berkembang dari proses individu kepada proses yang lebih besar lagi, yakni habitus.
Suatu kondisi yang menggambarkan keadaan individu yang benar-benar sudah menjadi bagian dari proyeksi budayanya sendiri. Dia tidak asli lagi, semua alam pemikirannya adalah hasil dari fabrifikasi kultur yang menaunginya dan memang kultur itu sedemikian kuat dan hebat, habitus adalah masyakarat yang terdidik, namun bukan terdidik secara birokratis di lembaga pendidikan namun terdidik secara sosial. Habitus lahir dari proses interaksi sosial.
Perlawanan para habitus ini muncul ketika suatu kultur birokrasi yang sama sekali berbeda dan buruk di mata dirinya hendak membawakan semacam pemahaman baru. Pemahaman birokratis vs pemahaman tradisionalis. Kadang, interaksi sosial juga melahirkan sebuah pergolakan antara apa yang tengah terjadi di masyarakat dan di dalam diri kita.
Pierre Bourdieu memasarkan gagasan Marcell Mau: Habitus. Seolah kompromis, habitus atau disposisi mental sosial dibentuk oleh seseorang di dalam identitas sosialnya untuk bernegosiasi dengan kondisi obyektif yang terjadi. Dengan kata lain, untuk kegiatan interaksi sosialnya.
Dalam Habitus, perangai dibentuk dari pelaziman individu bukan negara. Artinya, proses struktur sosial sebenarnya terbentuk dari pengalaman pribadi serta interaksi sosial dan bukan pendidikan lewat kurikulum sekolah, yang membentuk jiwa dan mental anak-anak adalah guru dan bukan kurikulum.
Guru merupakan gerbang terakhir dari tradisionalisme manusia. Bagi Habitus, guru adalah sang pemimpin besar, dan bukan politisi. Masyarakat terdidik sebagai cermin munculnya kelompok habitus ini tumbuh dari interaksi sosial yang sehat. Mereka saling bicara bertukar saling membagi pengalaman secara egaliter dalam piranti yang tidak disensor.
Maka tidak heran Habitus memberontak terhadap birokrasi yang melupakan sisi sosialis, terhadap interaksi sosial yang dipaksakan oleh kebutuhan, karena setiap orang berhak memiliki prinsip nilai atas dasar kebersamaan dan jangan sampai didiktekan oleh negara. Dari titik ini barulah jelas masa lalu yang ditandai oleh kekuasaan negara kepada rakyatnya boleh dilupakan.

Tidak heran Bourdieu menjadi pahlawan publik, dan Perancis. Negara tempatnya bernaung berada dalam bahaya ledakan sosial setiap saatnya. Tidak ada disiplin, interaksi sosial, dan humanisme menang terang-terangan. Barangkali habituslah warga negara ideal dan suportif pada situasi negara yang dipimpin oleh mereka yang bukan penipu dan senang memaksakan kehendak.

terima kasih ........